R

ucapan terimakasih

TERIMAKASIH ANDA TELAH MENGUNJUNGI BLOG RENUNGAN KOLBU SEMOGA BERMANFAAT DAN MENJADI LADANG IBADAH

Rabu, Maret 25, 2015

Karomah Al-Habib Husein Bin Abu Bakar Alaydrus

Al-Habib Husein Bin Abu Bakar Alaydrus
Al-Habib Husein Bin Abu Bakar Alaydrus
Ia lahir di Migrab, dekat Hazam, Hadramaut, Jazirah Arabia, Habib Husein bin Abubakar Alaydrus memperoleh ilmu tanpa belajar atau dalam istilah Arabnya “ Ilmu Wahbi “ , yaitu pemberian dari Allah tanpa belajar terlebih dahulu. 
Silsilah beliau : 
Habib Husein bin Abubakar bin Abdullah bin Husein bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Husein bin Abdullah bin Abubakar Al-Sakran bin Abdurrahman Assaqqaf bin Muhammad Maula Al-Dawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath.  Ia adalah putra kedua dari Siti Fatima. yang tertera pada tulisan di dinding depan pintu makam. disebuah marmer yang menempel pada tembok makamnya, tertulis tanggal wafatnya hari Kamis, 24 Juni 1756. Ia beserta muridnya, Abdul Kadir bin Adam, dimakamkan di masjid. Dulu makam mereka terletak di dalam masjid, namun karena perluasan bangunan, kemudian dipindah di luar masjid.
Ketika masih usia belia, sang ibundanya menitipkan Habib Husein pada seorang “Alim Shufi”. Disanalah ia menerima tempaan pembelajaran thariqah. Di tengah-tengah kehidupan di antara murid-murid yang lain, tampak Habib Husein memiliki perilaku dan sifat-sifat yang lebih dari teman-temannya.

Sebagai ahli thariqah beliau senantiasa memiliki panggilan untuk melakukan hijrah, dalam rangka mensiarkan islam ke belahan bumi Allah. Untuk melaksanakan keinginan tersebut Habib Husein tidak kekurangan akal, ia bergegas menghampiri para kafilah dan musafir yang sedang melakukan jual-beli di pasar pada setiap hari Jum’at.
Setelah dipastikan mendapatkan tumpangan dari salah seorang kafilah yang hendak bertolak ke India, maka Habib Husein segera menghampiri ibunya untuk meminta ijin.

Walau dengan berat hati, seorang ibu harus melepaskan dan merelakan kepergian puteranya. Habib Husein mencoba membesarkan hati ibunya sambil berkata : “janganlah takut dan berkecil hati, apapun akan ku hadapi, senantiasa bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya ia bersama kita.” Akhirnya berangkatlah Al Habib Husein menuju daratan India. 


Sesampainya beliau di India yaitu disebuah kota bernama “Surati” atau lebih dikenal kota Gujarat, sedangkan penduduknya beragama Budha. Mulailah Habib Husein mensi’arkan Islam dikota tersebut dan kota-kota sekitarnya.

Kedatangan Habib Husein di kota tersebut membawa Rahmatan Lil-Alamin. Karena daerah yang asalnya kering dan tandus, kemudian dengan kebesaran Allah maka berubah menjadi daerah yang subur. sampai Agama Islam pun berkembang pesat.

Hingga kini belum ditemukan sumber yang pasti berapa lama Habib Husein bermukim di India. Tidak lama kemudian ia melanjutkan misi hijrahnya menuju wilayah Asia Tenggara hingga sampai di pulau Jawa dan tiba di Batavia sekitar tahun 1736 M. bersama para pedagang dari Gujarat di pelabuhan Sunda Kelapa. Di duga sewaktu berusia 20 tahun dan menetap di kota Batavia, sebutan kota Jakarta tempo dulu.
Beliau mendirikan Surau sebagai pusat pengembangan ajaran Islam. sehingga lambat laun banyak yang berkunjung dari penduduk sekitarnya maupun datang dari berbagai daerah untuk belajar Islam atau banyak juga yang datang untuk memohon do’anya.

Karena pesatnya pertumbuhan dan minatnya orang yang datang untuk belajar agama Islam kepada Habib Husein, sehingga mengundang kemurkaan dari pemerintah VOC Belanda, yang di pandang akan menggangu ketertiban dan keamanan. Akhirnya Habib Husein beserta beberapa pengikut utamanya di jatuhi hukuman, dan ditahan di penjara Glodok. 

Dalam ajaran Islam karomah di maksudkan sebagai khariqun lil adat yang berarti kejadian luar biasa pada seseorang wali Allah. diartikan suci dan dapat mengadakan sesuatu di luar kemampuan manusia biasa karena ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karomah merupakan tanda-tanda kebenaran sikap dan tingkah laku seseorang, yang merupakan anugrah Allah SWT karena ketakwaannya, berikut ini terdapat beberapa karomah yang dimiliki oleh Al Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus atau yang kita kenal sebagai Habib Luar Batang, seorang wali Allah yang lahir di Jajirah Arab dan telah ditakdirkan wafat di Pulau Jawa, tepatnya di Luar Batang - Jakarta Utara.

1. Menjadi mesin pemintal


Di masa belia, ditanah kelahirannya yaitu di daerah Hadhramaut – Yaman Selatan, Habib Husein berguru pada seorang Alim Shufi. Di hari-hari libur ia pulang untuk menyambang ibunya.

Pada suatu malam ketika ia berada di rumahnya, ibu Habib Husein meminta tolong agar ia bersedia membantu mengerjakan pintalan benang yang ada di gudang. Habib Husein segera menyanggupi, dan ia segera ke gudang untuk mengerjakan apa yang di perintahkan oleh ibunya. Makan malam juga telah disediakan. Menjelang pagi hari, ibu Husein membuka pintu gudang. Ia sangat heran karena makanan yang disediakan masih utuh belum dimakan husein. Selanjutnya ia sangat kaget melihat hasil pintalan benang begitu banyaknya. Si ibu tercengang melihat kejadian ini. Dalam benaknya terpikir bagaimana mungkin hasil pemintalan benang yang seharusnya dikerjakan dalam beberapa hari, malah hanya dikerjakan kurang dari semalam, padahal Habib Husein dijumpai dalam keadaan tidur pulas disudut gudang.

Kejadian ini oleh ibunya diceritakan kepada guru thariqah yang membimbing Habib Husein. Mendengar cerita itu maka ia bertakbir sambil berucap : “ sungguh Allah berkehendak pada anakmu, untuk di perolehnya derajat yang besar disisi-Nya, hendaklah ibu berbesar hati dan jangan bertindak keras kepadanya, rahasiakanlah segala sesuatu yang terjadi pada anakmu.”

2. Menyuburkan Kota Gujarat


Ketika Hijrah pertama yang di singgahi oleh Habib Husein adalah di daratan India, tepatnya di kota Surati atau lebih dikenal Gujarat. Kehidupan kota tersebut bagaikan kota mati karena dilanda kekeringan dan wabah kolera.

Kedatangan Habib Husein di kota tersebut di sambut oleh ketua adat setempat, kemudian ia dibawa kepada kepala wilayah serta beberapa penasehat para normal, dan Habib Husein di perkenalkan sebagai titisan Dewa yang dapat menyelamatkan negeri itu dari bencana.

Habib Husein menyangupi bahwa dengan pertolongan Allah, ia akan merubah negeri ini menjadi sebuah negeri yang subur, asal dengan syarat mereka mengucapkan dua kalimat syahadat dan menerima Islam sebagai agamanya. Syarat tersebut juga mereka sanggupi dan berbondong-bondong warga di kota itu belajar agama Islam.

Akhirnya mereka di perintahkan untuk membangun sumur dan sebuah kolam. Setelah pembangunan keduanya di selesaikan, maka dengan kekuasaan Allah turun hujan yang sangat lebat, membasahi seluruh daratan yang tandus. Sejak itu pula tanah yang kering berubah menjadi subur. Sedangkan warga yang terserang wabah penyakit dapat sembuh, dengan cara mandi di kolam buatan tersebut. Dengan demikian kota yang dahulunya mati, kini secara berangsur-angsur kehidupan masyarakatnya menjadi sejahtera.

3. Mengislamkan tawanan


Setelah tatanan kehidupan masyarakat Gujarat berubah dari kehidupan yang kekeringan dan hidup miskin menjadi subur serta masyarakatnya hidup sejahtera, maka Habib Husein melanjutkan hijrahnya ke daratan Asia Tenggara untuk tetap mensiarkan Islam. Beliau menuju pulau Jawa, dan akhirnya menetap di Batavia. Pada masa itu hidup dalam jajahan pemerintahan VOC Belanda.

Pada suatu malam Habib Husein dikejutkan oleh kedatangan seorang yang berlari padanya karena di kejar oleh tentara VOC. Dengan pakaian basah kuyup ia meminta perlindungan karena akan dikenakan hukuman mati. Ia adalah tawanan dari sebuah kapal dagang Tionghoa.

Keesokan harinya datanglah pasukan tentara berkuda VOC ke rumah Habib Husein untuk menangkap tawanan yang dikejarnya. Beliau tetap melindungi tawanan tersebut, sambil berkata : “Aku akan melindungi tawanan ini dan aku adalah jaminannya.”

Rupanya ucapan tersebut di taati oleh pasukan VOC. Semuanya menundukkan kepala dan akhirnya pergi, sedangkan tawanan Tionghoa itu sangat berterima kasih hingga akhirnya ia memeluk Islam.

4. Menjadi Imam Ketika di Penjara


Dalam masa sekejab telah banyak orang yang datang untuk belajar agama Islam. Rumah Habib Husein banyak dikunjungi para muridnya dan masyarakat luas. Hilir mudiknya umat yang datang membuat penguasa VOC menjadi khawatir akan menggangu keamanan. Akhirnya Habib Husein beserta beberapa pengikut utamanya ditangkap dan di masukan ke penjara Glodok. Bangunan penjara itu juga dikenal dengan sebutan “Seksi Dua.”

Rupanya dalam tahanan Habib Husein ditempatkan dalam kamar terpisah dan ruangan yang sempit, sedangkan pengikutnya ditempatkan di ruangan yang besar bersama tahanan yang lain.

Polisi penjara dibuat terheran-heran karena ditengah malam melihat Habib Husein menjadi imam di ruangan yang besar, memimpin shalat bersama-sama para pengikutnya. Hingga menjelang subuh masyarakat di luar pun ikut bermakmum. Akan tetapi anehnya dalam waktu yang bersamaan pula polisi penjara tersebut melihat Habib Husein tidur nyenyak di kamar ruangan yang sempit itu, dalam keadaan tetap terkunci.

Kejadian tersebut berkembang menjadi buah bibir dikalangan pemerintahan VOC. Dengan segala pertimbangan akhirnya pemerintah Belanda meminta maaf atas penahanan tersebut, Habib Husein beserta semua pengikutnya dibebaskan dari tahanan.

5. Anak Belanda menjadi Gubernur

Pada suatu hari Habib Husein dengan ditemani oleh seorang mualaf Tionghoa yang telah berubah nama Abdul Kadir duduk berteduh di daerah Gambir. Disaat mereka beristirahat lewatlah seorang Sinyo (anak Belanda) dan mendekat ke Habib Husein. Dengan seketika Habib Husein menghentakan tangannya ke dada anak Belanda tersebut. Si Sinyo kaget dan berlari ke arah pembantunya.

Dengan cepat Habib Husein meminta temannya untuk menghampiri pembantu anak Belanda tersebut, untuk menyampaikan pesan agar disampaikan kepada majikannya, bahwa kelak anak ini akan menjadi seorang pembesar di negeri ini.

Seiring berjalannya waktu, anak Belanda itu melanjutkan sekolah tinggi di negeri Belanda. Kemudian setelah lulus ia di percaya di angkat menjadi Gubernur Batavia.

6. Cara Berkirim Uang

Gubernur Batavia yang pada masa kecilnya telah diramal oleh Habib Husein bahwa kelak akan menjadi orang besar di negeri ini, ternyata memang benar adanya. Rupanya Gubernur muda itu menerima wasiat dari ayahnya yang baru saja meninggal dunia. Di wasiatkan kalau memang apa yang dikatakan Habib Husein menjadi kenyataan diminta agar ia membalas budi dan jangan melupakan jasa Habib Husein.

Akhirnya Gubernur Batavia menghadiahkan beberapa karung uang kepada Habib Husein. Uang itu diterimanya, tetapi dibuangnya ke laut. Demikian pula setiap pemberian uang berikutnya, Habib Husein selalu menerimanya, tetapi juga dibuangnya ke laut. Gubernur yang memberi uang menjadi penasaran dan akhirnya bertanya mengapa uang pemberiannya selalu di buang ke laut. Dijawabnya oleh Habib Husein bahwa uang tersebut dikirimkan untuk ibunya ke Yaman.

Gubernur itu dibuatnya penasaran, akhirnya diperintahkan penyelam untuk mencari karung uang yang di buang ke laut, walhasil tak satu keeping uang pun diketemukan. Selanjutnya Gubernur Batavia tetap berupaya untuk membuktikan kebenaran kejadian ganjil tersebut, maka ia mengutus seorang ajudan ke negeri Yaman untuk bertemu dan menanyakan kepada ibu Habib Husein.

Sekembalinya dari Yaman, ajudan Gubernur tersebut melaporkan bahwa benar adanya. Ibu Habib Husein telah menerima sejumlah uang yang di buang ke laut tersebut pada hari dan tanggal yang sama.
 


7. Kampung Luar Batang

Gubernur Batavia sangat penuh perhatian kepada Habib Husein. Ia menanyakan apa keinginan Habib Husein. Jawabnya : “Saya tidak mengharapkan apapun dari tuan.” Akan tetapi Gubernur itu sangat bijak, dihadiahkanlah sebidang tanah di kampung baru, sebagai tempat tinggal dan peristirahatan yang terakhir.
Sehingga terciptanya Masjid Keramat Luar Batang, dan menjadi perkampungan luar batang V RT 004, RW 003 No.1  Kelurahan Ancol, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Hampir setiap hari, Masjid ini dikunjungi peziarah dari berbagai penjuru tanah air. 

Masjid Luar Batang

Selama ini masjid Luar batang memang tidak bisa dipisahkan dari sejarah kota Jakarta. Masjid itu, menjadi bagian dari penyebaran agama Islam di Ibu Kota.
Dalam Masjid Keramat itu terdapat dua makam ulama besar, Al-Habib Husein Bin Abubakar Al 'Aydrus, dan makam Haji Abdul Khadir, seorang murid Habib Husein yang merupakan keturunan Tionghoa.
Nama masjid luar Batang sendiri diberikan sesuai dengan julukan Habib Husein, yaitu Habib Luar Batang. Ia dijuluki demikian karena konon ketika Habib Husein meninggal dan hendak dikuburkan, tiba-tiba jenazahnya sudah tidak ada di dalam "kurung batang" alias keranda.
Habib Husein ingin dimakamkan di Tarim, Hadromaut,Yaman. Sampai di sana saat ingin dikuburkan mayatnya tidak ada. Dapat kabar jenazahnya Habib Husein ada di dalam kamarnya, yang sekarang jadi makamnya di komplek masjid ini,
Bentuk makam Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus beserta muridnya tidaklah berubah sampai saat ini. Hanya saja, pada bagian luar makam di beri pembatas kayu berukir sebanyak tiga lapis. Pembatas kayu ukir-ukiran yang terbuat dari kayu jati ini baru dipasang sekira tahun 1996. 
Pada awalnya Masjid Luar Batang dinamai Masjid An-Nur karena ada suatu kejadian. Karena masyarakat menyebut Habib keluar dari kurung batang, maka dikeramatkan dan nama An-Nur hilang diganti dengan Masjid keramat Luar Batang.

Masjid tersebut dahulu merupakan sebuah tempat yang hanya menampung beberapa jemaah saja dan dalam kapasitas terbatas. Bentuk aslinya surau atau Musolla baru ada pemugaran diperkirakan dahulu sekira tahun 1939, sampai saat ini di pugar kembali tahun 1997, dan tahap kedua tahun 1999, dan tahap ketiga sampai tahun 2002.

Kendati demikian, Masjid Keramat Luar Batang supaya mendapatkan perhatian yang serius pemerintah, mengingat kondisi Masjid ini sudah sangat memperihatinkan. Dan seharusnya bangunan peninggalan sejarah yang telah dimasukkan ke dalam cagar budaya untuk terus dilestarikan, karena sampai sekarang masjid ini baru mempunyai dua menara dan kurang dua menara lagi. Masjid ini telah banyak dikunjungi oleh peziarah dari seluruh Indonesia, maupun mancanegara. Mereka datang bukan hanya untuk menunaikan ibadah salat lima waktu dan ada juga yang melantunkan doa-doa di depan makam Habib Husein. 




Makam Habib Husein Bin Abu Bakar Alaydrus

Selain peziarah yang datang dari berbagai daerah ibu kota di tanah air ada juga penziarah yang datang dari mancanegara. Hingga orang nomer satu di negeri ini pernah berziarah ke makam Habib Husein Bin Abu Bakar Alaydrus diantaranya: 
Presiden RI ke 1 (Almarhum) Ir.Soekarno.
Presiden RI ke 4 (Almarhum) KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Presiden RI ke 6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
dan para pejabat yang terdahulu semasa jayanya Indonesia.

Masjid ini tidak pernah sepi akan aktivitas keagamaan, hampir setiap pekan masjid ini di isi oleh acara pengajian. Minggu pertama awal bulan Hijriah ada kegiatan Zikir dan Istighasah, setiap malam Minggu ada pengajian jamaah, setiap malam Jumat Kliwon dari Majelis Taklim yang dipimpin oleh Habib Mustofa Alaydrus.
Selain itu, di setiap sudut masjid ini, terdapat sebuah sumur tua yang kerap digunakan oleh sang habib untuk memanjatkan doa. Habib Husein punya kebiasaan beliau setiap pagi dan sore selalu berdoa di situ. Pada saat memasuki hari Jumat, para jamaah dari luar kota maupun warga sekitar memadati masjid yang mempunyai luas tanah berserta bangunan sekira 3500 meter persegi ini untuk menunaikan ibadah salat Jumat.
Usai salat Jumat, para jemaah disibukkan dengan lantunan ayat suci Alquran di sebuah pendopo dengan dua buah makam yang dibatasi sebuah gorden warna hijau bertuliskan lafadz Allah dan tulisan arab gundul.





Sumber Riwayat :

- Diktat sejarah Kampung Luar Batang, oleh Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta/Dinas Museum dan Sejarah, 1982/1983.
-  Ahlulbaitrasulullah dan dari berbagai sumber.



(Admin)




Tidak ada komentar: