Al-Habib Husein Bin Abu Bakar Alaydrus
|
Al-Habib Husein Bin Abu Bakar Alaydrus
Ia lahir di Migrab, dekat Hazam, Hadramaut, Jazirah Arabia, Habib Husein bin Abubakar Alaydrus memperoleh ilmu tanpa belajar
atau dalam istilah Arabnya “ Ilmu Wahbi “ , yaitu pemberian dari Allah
tanpa belajar terlebih dahulu.
Silsilah beliau :
Habib Husein bin Abubakar bin
Abdullah bin Husein bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Husein bin
Abdullah bin Abubakar Al-Sakran bin Abdurrahman Assaqqaf bin Muhammad
Maula Al-Dawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam bin
Ali bin Muhammad Shahib Mirbath. Ia adalah putra kedua dari Siti Fatima. yang tertera pada tulisan di dinding depan pintu makam. disebuah marmer yang menempel
pada tembok makamnya, tertulis tanggal wafatnya hari Kamis, 24 Juni
1756. Ia beserta muridnya, Abdul Kadir bin Adam, dimakamkan di masjid.
Dulu makam mereka terletak di dalam masjid, namun karena perluasan
bangunan, kemudian dipindah di luar masjid.
Ketika masih usia belia, sang ibundanya menitipkan Habib Husein pada seorang “Alim Shufi”. Disanalah ia menerima tempaan pembelajaran thariqah. Di tengah-tengah kehidupan di antara murid-murid yang lain, tampak Habib Husein memiliki perilaku dan sifat-sifat yang lebih dari teman-temannya.
Ketika masih usia belia, sang ibundanya menitipkan Habib Husein pada seorang “Alim Shufi”. Disanalah ia menerima tempaan pembelajaran thariqah. Di tengah-tengah kehidupan di antara murid-murid yang lain, tampak Habib Husein memiliki perilaku dan sifat-sifat yang lebih dari teman-temannya.
Sebagai ahli thariqah beliau senantiasa memiliki panggilan untuk melakukan
hijrah, dalam rangka mensiarkan islam ke belahan bumi Allah. Untuk
melaksanakan keinginan tersebut Habib Husein tidak kekurangan akal, ia
bergegas menghampiri para kafilah dan musafir yang sedang melakukan
jual-beli di pasar pada setiap hari Jum’at.
Setelah dipastikan mendapatkan tumpangan
dari salah seorang kafilah yang hendak bertolak ke India, maka Habib
Husein segera menghampiri ibunya untuk meminta ijin.
Walau dengan berat hati, seorang ibu
harus melepaskan dan merelakan kepergian puteranya. Habib Husein mencoba
membesarkan hati ibunya sambil berkata : “janganlah takut dan berkecil
hati, apapun akan ku hadapi, senantiasa bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya ia bersama kita.” Akhirnya berangkatlah Al Habib Husein
menuju daratan India.
Sesampainya beliau di India yaitu disebuah kota
bernama “Surati” atau lebih dikenal kota Gujarat, sedangkan penduduknya
beragama Budha. Mulailah Habib Husein mensi’arkan Islam dikota tersebut
dan kota-kota sekitarnya.
Kedatangan Habib Husein di kota tersebut
membawa Rahmatan Lil-Alamin. Karena daerah yang asalnya kering dan
tandus, kemudian dengan kebesaran Allah maka berubah menjadi daerah yang
subur. sampai Agama Islam pun berkembang pesat.
Hingga kini belum ditemukan sumber yang
pasti berapa lama Habib Husein bermukim di India. Tidak lama kemudian ia
melanjutkan misi hijrahnya menuju wilayah Asia Tenggara hingga sampai
di pulau Jawa dan tiba di Batavia sekitar tahun 1736 M. bersama para
pedagang dari Gujarat di pelabuhan Sunda Kelapa. Di duga sewaktu berusia 20 tahun dan menetap di kota Batavia, sebutan kota Jakarta tempo
dulu.
Dalam ajaran Islam karomah di maksudkan sebagai khariqun lil adat yang berarti kejadian luar biasa pada seseorang wali Allah. diartikan suci dan dapat mengadakan sesuatu di luar kemampuan manusia biasa karena ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karomah merupakan tanda-tanda kebenaran sikap dan tingkah laku seseorang, yang merupakan anugrah Allah SWT karena ketakwaannya, berikut ini terdapat beberapa karomah yang dimiliki oleh Al Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus atau yang kita kenal sebagai Habib Luar Batang, seorang wali Allah yang lahir di Jajirah Arab dan telah ditakdirkan wafat di Pulau Jawa, tepatnya di Luar Batang - Jakarta Utara.
Masjid ini tidak pernah sepi akan aktivitas keagamaan, hampir setiap pekan masjid ini di isi oleh acara pengajian. Minggu pertama awal bulan Hijriah ada kegiatan Zikir dan Istighasah, setiap malam Minggu ada pengajian jamaah, setiap malam Jumat Kliwon dari Majelis Taklim yang dipimpin oleh Habib Mustofa Alaydrus.
Selain itu, di setiap sudut masjid ini, terdapat sebuah sumur tua yang kerap digunakan oleh sang habib untuk memanjatkan doa. Habib Husein punya kebiasaan beliau setiap pagi dan sore selalu berdoa di situ. Pada saat memasuki hari Jumat, para jamaah dari luar kota maupun warga sekitar memadati masjid yang mempunyai luas tanah berserta bangunan sekira 3500 meter persegi ini untuk menunaikan ibadah salat Jumat.
Usai salat Jumat, para jemaah disibukkan dengan lantunan ayat suci Alquran di sebuah pendopo dengan dua buah makam yang dibatasi sebuah gorden warna hijau bertuliskan lafadz Allah dan tulisan arab gundul.
Beliau mendirikan Surau sebagai pusat
pengembangan ajaran Islam. sehingga lambat laun banyak yang berkunjung dari penduduk sekitarnya maupun datang dari berbagai daerah untuk belajar
Islam atau banyak juga yang datang untuk memohon do’anya.
Karena pesatnya pertumbuhan dan minatnya orang
yang datang untuk belajar agama Islam kepada Habib Husein, sehingga mengundang kemurkaan dari pemerintah VOC Belanda, yang di pandang akan menggangu ketertiban
dan keamanan. Akhirnya Habib Husein beserta beberapa pengikut utamanya
di jatuhi hukuman, dan ditahan di penjara Glodok.
Dalam ajaran Islam karomah di maksudkan sebagai khariqun lil adat yang berarti kejadian luar biasa pada seseorang wali Allah. diartikan suci dan dapat mengadakan sesuatu di luar kemampuan manusia biasa karena ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karomah merupakan tanda-tanda kebenaran sikap dan tingkah laku seseorang, yang merupakan anugrah Allah SWT karena ketakwaannya, berikut ini terdapat beberapa karomah yang dimiliki oleh Al Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus atau yang kita kenal sebagai Habib Luar Batang, seorang wali Allah yang lahir di Jajirah Arab dan telah ditakdirkan wafat di Pulau Jawa, tepatnya di Luar Batang - Jakarta Utara.
1. Menjadi mesin pemintal
Di masa belia, ditanah kelahirannya
yaitu di daerah Hadhramaut – Yaman Selatan, Habib Husein berguru pada
seorang Alim Shufi. Di hari-hari libur ia pulang untuk menyambang
ibunya.
Pada suatu malam ketika ia berada di
rumahnya, ibu Habib Husein meminta tolong agar ia bersedia membantu
mengerjakan pintalan benang yang ada di gudang. Habib Husein segera
menyanggupi, dan ia segera ke gudang untuk mengerjakan apa yang di
perintahkan oleh ibunya. Makan malam juga telah disediakan. Menjelang
pagi hari, ibu Husein membuka pintu gudang. Ia sangat heran karena
makanan yang disediakan masih utuh belum dimakan husein. Selanjutnya ia
sangat kaget melihat hasil pintalan benang begitu banyaknya. Si ibu
tercengang melihat kejadian ini. Dalam benaknya terpikir bagaimana
mungkin hasil pemintalan benang yang seharusnya dikerjakan dalam
beberapa hari, malah hanya dikerjakan kurang dari semalam, padahal Habib
Husein dijumpai dalam keadaan tidur pulas disudut gudang.
Kejadian ini oleh ibunya diceritakan
kepada guru thariqah yang membimbing Habib Husein. Mendengar cerita itu
maka ia bertakbir sambil berucap : “ sungguh Allah berkehendak pada
anakmu, untuk di perolehnya derajat yang besar disisi-Nya, hendaklah ibu
berbesar hati dan jangan bertindak keras kepadanya, rahasiakanlah
segala sesuatu yang terjadi pada anakmu.”
2. Menyuburkan Kota Gujarat
Ketika Hijrah pertama yang di singgahi oleh
Habib Husein adalah di daratan India, tepatnya di kota Surati atau lebih
dikenal Gujarat. Kehidupan kota tersebut bagaikan kota mati karena
dilanda kekeringan dan wabah kolera.
Kedatangan Habib Husein di kota tersebut
di sambut oleh ketua adat setempat, kemudian ia dibawa kepada kepala
wilayah serta beberapa penasehat para normal, dan Habib Husein di
perkenalkan sebagai titisan Dewa yang dapat menyelamatkan negeri itu
dari bencana.
Habib Husein menyangupi bahwa dengan
pertolongan Allah, ia akan merubah negeri ini menjadi sebuah negeri yang
subur, asal dengan syarat mereka mengucapkan dua kalimat syahadat dan
menerima Islam sebagai agamanya. Syarat tersebut juga mereka sanggupi
dan berbondong-bondong warga di kota itu belajar agama Islam.
Akhirnya mereka di perintahkan untuk
membangun sumur dan sebuah kolam. Setelah pembangunan keduanya di
selesaikan, maka dengan kekuasaan Allah turun hujan yang sangat lebat,
membasahi seluruh daratan yang tandus. Sejak itu pula tanah yang kering
berubah menjadi subur. Sedangkan warga yang terserang wabah penyakit
dapat sembuh, dengan cara mandi di kolam buatan tersebut. Dengan
demikian kota yang dahulunya mati, kini secara berangsur-angsur
kehidupan masyarakatnya menjadi sejahtera.
3. Mengislamkan tawanan
Setelah tatanan kehidupan masyarakat
Gujarat berubah dari kehidupan yang kekeringan dan hidup miskin menjadi
subur serta masyarakatnya hidup sejahtera, maka Habib Husein melanjutkan
hijrahnya ke daratan Asia Tenggara untuk tetap mensiarkan Islam. Beliau
menuju pulau Jawa, dan akhirnya menetap di Batavia. Pada masa itu hidup
dalam jajahan pemerintahan VOC Belanda.
Pada suatu malam Habib Husein dikejutkan
oleh kedatangan seorang yang berlari padanya karena di kejar oleh
tentara VOC. Dengan pakaian basah kuyup ia meminta perlindungan karena
akan dikenakan hukuman mati. Ia adalah tawanan dari sebuah kapal dagang
Tionghoa.
Keesokan harinya datanglah pasukan
tentara berkuda VOC ke rumah Habib Husein untuk menangkap tawanan yang
dikejarnya. Beliau tetap melindungi tawanan tersebut, sambil berkata :
“Aku akan melindungi tawanan ini dan aku adalah jaminannya.”
Rupanya ucapan tersebut di taati
oleh pasukan VOC. Semuanya menundukkan kepala dan akhirnya pergi,
sedangkan tawanan Tionghoa itu sangat berterima kasih hingga akhirnya
ia memeluk Islam.
4. Menjadi Imam Ketika di Penjara
Dalam masa sekejab telah banyak orang
yang datang untuk belajar agama Islam. Rumah Habib Husein banyak
dikunjungi para muridnya dan masyarakat luas. Hilir mudiknya umat yang
datang membuat penguasa VOC menjadi khawatir akan menggangu keamanan.
Akhirnya Habib Husein beserta beberapa pengikut utamanya ditangkap dan
di masukan ke penjara Glodok. Bangunan penjara itu juga dikenal dengan
sebutan “Seksi Dua.”
Rupanya dalam tahanan Habib Husein
ditempatkan dalam kamar terpisah dan ruangan yang sempit, sedangkan
pengikutnya ditempatkan di ruangan yang besar bersama tahanan yang lain.
Polisi penjara dibuat terheran-heran
karena ditengah malam melihat Habib Husein menjadi imam di ruangan yang
besar, memimpin shalat bersama-sama para pengikutnya. Hingga menjelang
subuh masyarakat di luar pun ikut bermakmum. Akan tetapi anehnya dalam
waktu yang bersamaan pula polisi penjara tersebut melihat Habib Husein
tidur nyenyak di kamar ruangan yang sempit itu, dalam keadaan tetap
terkunci.
Kejadian tersebut berkembang menjadi
buah bibir dikalangan pemerintahan VOC. Dengan segala pertimbangan
akhirnya pemerintah Belanda meminta maaf atas penahanan tersebut, Habib
Husein beserta semua pengikutnya dibebaskan dari tahanan.
5. Anak Belanda menjadi Gubernur
Pada suatu hari Habib Husein dengan
ditemani oleh seorang mualaf Tionghoa yang telah berubah nama Abdul
Kadir duduk berteduh di daerah Gambir. Disaat mereka beristirahat
lewatlah seorang Sinyo (anak Belanda) dan mendekat ke Habib Husein.
Dengan seketika Habib Husein menghentakan tangannya ke dada anak Belanda
tersebut. Si Sinyo kaget dan berlari ke arah pembantunya.
Dengan cepat Habib Husein meminta
temannya untuk menghampiri pembantu anak Belanda tersebut, untuk
menyampaikan pesan agar disampaikan kepada majikannya, bahwa kelak anak
ini akan menjadi seorang pembesar di negeri ini.
Seiring berjalannya waktu, anak Belanda
itu melanjutkan sekolah tinggi di negeri Belanda. Kemudian setelah lulus
ia di percaya di angkat menjadi Gubernur Batavia.
6. Cara Berkirim Uang
Gubernur Batavia yang pada masa kecilnya
telah diramal oleh Habib Husein bahwa kelak akan menjadi orang besar di
negeri ini, ternyata memang benar adanya. Rupanya Gubernur muda itu
menerima wasiat dari ayahnya yang baru saja meninggal dunia. Di
wasiatkan kalau memang apa yang dikatakan Habib Husein menjadi kenyataan
diminta agar ia membalas budi dan jangan melupakan jasa Habib Husein.
Akhirnya Gubernur Batavia menghadiahkan
beberapa karung uang kepada Habib Husein. Uang itu diterimanya, tetapi
dibuangnya ke laut. Demikian pula setiap pemberian uang berikutnya,
Habib Husein selalu menerimanya, tetapi juga dibuangnya ke laut.
Gubernur yang memberi uang menjadi penasaran dan akhirnya bertanya
mengapa uang pemberiannya selalu di buang ke laut. Dijawabnya oleh Habib
Husein bahwa uang tersebut dikirimkan untuk ibunya ke Yaman.
Gubernur itu dibuatnya penasaran,
akhirnya diperintahkan penyelam untuk mencari karung uang yang di buang
ke laut, walhasil tak satu keeping uang pun diketemukan. Selanjutnya
Gubernur Batavia tetap berupaya untuk membuktikan kebenaran kejadian
ganjil tersebut, maka ia mengutus seorang ajudan ke negeri Yaman untuk
bertemu dan menanyakan kepada ibu Habib Husein.
Sekembalinya dari Yaman, ajudan Gubernur
tersebut melaporkan bahwa benar adanya. Ibu Habib Husein telah menerima
sejumlah uang yang di buang ke laut tersebut pada hari dan tanggal yang
sama.
7. Kampung Luar Batang
Gubernur Batavia sangat penuh perhatian
kepada Habib Husein. Ia menanyakan apa keinginan Habib Husein. Jawabnya :
“Saya tidak mengharapkan apapun dari tuan.” Akan tetapi Gubernur itu
sangat bijak, dihadiahkanlah sebidang tanah di kampung baru, sebagai
tempat tinggal dan peristirahatan yang terakhir.
Sehingga terciptanya Masjid Keramat Luar Batang, dan menjadi perkampungan luar batang V RT 004, RW 003 No.1
Kelurahan Ancol, Kecamatan Penjaringan,
Jakarta Utara. Hampir setiap hari, Masjid ini dikunjungi peziarah dari
berbagai penjuru tanah air.
Selama ini masjid Luar batang memang tidak bisa dipisahkan dari sejarah kota Jakarta. Masjid itu, menjadi bagian dari penyebaran agama Islam di Ibu Kota.
Dalam Masjid Keramat itu terdapat dua makam ulama besar, Al-Habib Husein Bin Abubakar Al 'Aydrus, dan makam Haji Abdul Khadir, seorang murid Habib Husein yang merupakan keturunan Tionghoa.
Nama masjid luar Batang sendiri diberikan sesuai dengan julukan Habib Husein, yaitu Habib Luar Batang. Ia dijuluki demikian karena konon ketika Habib Husein meninggal dan hendak dikuburkan, tiba-tiba jenazahnya sudah tidak ada di dalam "kurung batang" alias keranda.
Habib Husein ingin dimakamkan di Tarim, Hadromaut,Yaman. Sampai di sana saat ingin dikuburkan mayatnya tidak ada. Dapat kabar jenazahnya Habib Husein ada di dalam kamarnya, yang sekarang jadi makamnya di komplek masjid ini,
Bentuk makam Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus beserta muridnya tidaklah berubah sampai saat ini. Hanya saja, pada bagian luar makam di beri pembatas kayu berukir sebanyak tiga lapis. Pembatas kayu ukir-ukiran yang terbuat dari kayu jati ini baru dipasang sekira tahun 1996.
Masjid Luar Batang |
Selama ini masjid Luar batang memang tidak bisa dipisahkan dari sejarah kota Jakarta. Masjid itu, menjadi bagian dari penyebaran agama Islam di Ibu Kota.
Dalam Masjid Keramat itu terdapat dua makam ulama besar, Al-Habib Husein Bin Abubakar Al 'Aydrus, dan makam Haji Abdul Khadir, seorang murid Habib Husein yang merupakan keturunan Tionghoa.
Nama masjid luar Batang sendiri diberikan sesuai dengan julukan Habib Husein, yaitu Habib Luar Batang. Ia dijuluki demikian karena konon ketika Habib Husein meninggal dan hendak dikuburkan, tiba-tiba jenazahnya sudah tidak ada di dalam "kurung batang" alias keranda.
Habib Husein ingin dimakamkan di Tarim, Hadromaut,Yaman. Sampai di sana saat ingin dikuburkan mayatnya tidak ada. Dapat kabar jenazahnya Habib Husein ada di dalam kamarnya, yang sekarang jadi makamnya di komplek masjid ini,
Bentuk makam Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus beserta muridnya tidaklah berubah sampai saat ini. Hanya saja, pada bagian luar makam di beri pembatas kayu berukir sebanyak tiga lapis. Pembatas kayu ukir-ukiran yang terbuat dari kayu jati ini baru dipasang sekira tahun 1996.
Pada awalnya Masjid Luar Batang dinamai Masjid An-Nur karena ada suatu kejadian. Karena masyarakat
menyebut Habib keluar dari kurung batang, maka dikeramatkan dan nama An-Nur hilang diganti dengan Masjid keramat Luar Batang.
Masjid tersebut dahulu merupakan sebuah tempat yang hanya menampung beberapa jemaah saja dan dalam kapasitas terbatas. Bentuk aslinya surau atau Musolla baru ada pemugaran diperkirakan dahulu sekira tahun 1939, sampai saat ini di pugar kembali tahun 1997, dan tahap kedua tahun 1999, dan tahap ketiga sampai tahun 2002.
Kendati demikian, Masjid Keramat Luar Batang supaya mendapatkan perhatian yang serius pemerintah, mengingat kondisi Masjid ini sudah sangat memperihatinkan. Dan seharusnya bangunan peninggalan sejarah yang telah dimasukkan ke dalam cagar budaya untuk terus dilestarikan, karena sampai sekarang masjid ini baru mempunyai dua menara dan kurang dua menara lagi. Masjid ini telah banyak dikunjungi oleh peziarah dari seluruh Indonesia, maupun mancanegara. Mereka datang bukan hanya untuk menunaikan ibadah salat lima waktu dan ada juga yang melantunkan doa-doa di depan makam Habib Husein.
Selain peziarah yang datang dari berbagai daerah ibu kota di tanah air ada juga penziarah yang datang dari mancanegara. Hingga orang nomer satu di negeri ini pernah berziarah ke makam Habib Husein Bin Abu Bakar Alaydrus diantaranya:
Masjid tersebut dahulu merupakan sebuah tempat yang hanya menampung beberapa jemaah saja dan dalam kapasitas terbatas. Bentuk aslinya surau atau Musolla baru ada pemugaran diperkirakan dahulu sekira tahun 1939, sampai saat ini di pugar kembali tahun 1997, dan tahap kedua tahun 1999, dan tahap ketiga sampai tahun 2002.
Kendati demikian, Masjid Keramat Luar Batang supaya mendapatkan perhatian yang serius pemerintah, mengingat kondisi Masjid ini sudah sangat memperihatinkan. Dan seharusnya bangunan peninggalan sejarah yang telah dimasukkan ke dalam cagar budaya untuk terus dilestarikan, karena sampai sekarang masjid ini baru mempunyai dua menara dan kurang dua menara lagi. Masjid ini telah banyak dikunjungi oleh peziarah dari seluruh Indonesia, maupun mancanegara. Mereka datang bukan hanya untuk menunaikan ibadah salat lima waktu dan ada juga yang melantunkan doa-doa di depan makam Habib Husein.
Makam Habib Husein Bin Abu Bakar Alaydrus |
Selain peziarah yang datang dari berbagai daerah ibu kota di tanah air ada juga penziarah yang datang dari mancanegara. Hingga orang nomer satu di negeri ini pernah berziarah ke makam Habib Husein Bin Abu Bakar Alaydrus diantaranya:
Presiden RI ke 1 (Almarhum) Ir.Soekarno.
Presiden RI ke 4 (Almarhum) KH. Abdurrahman
Wahid (Gus Dur).
Presiden RI ke 6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
dan para pejabat
yang terdahulu semasa jayanya Indonesia.
Masjid ini tidak pernah sepi akan aktivitas keagamaan, hampir setiap pekan masjid ini di isi oleh acara pengajian. Minggu pertama awal bulan Hijriah ada kegiatan Zikir dan Istighasah, setiap malam Minggu ada pengajian jamaah, setiap malam Jumat Kliwon dari Majelis Taklim yang dipimpin oleh Habib Mustofa Alaydrus.
Selain itu, di setiap sudut masjid ini, terdapat sebuah sumur tua yang kerap digunakan oleh sang habib untuk memanjatkan doa. Habib Husein punya kebiasaan beliau setiap pagi dan sore selalu berdoa di situ. Pada saat memasuki hari Jumat, para jamaah dari luar kota maupun warga sekitar memadati masjid yang mempunyai luas tanah berserta bangunan sekira 3500 meter persegi ini untuk menunaikan ibadah salat Jumat.
Usai salat Jumat, para jemaah disibukkan dengan lantunan ayat suci Alquran di sebuah pendopo dengan dua buah makam yang dibatasi sebuah gorden warna hijau bertuliskan lafadz Allah dan tulisan arab gundul.
Sumber Riwayat :
- Diktat sejarah Kampung Luar Batang, oleh Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta/Dinas Museum dan Sejarah, 1982/1983.
- Ahlulbaitrasulullah dan dari berbagai sumber.
(Admin)
(Admin)